in Note

Kemanakah Pilihanku Tertuju?

Seperti yang sudah-sudah, the biggest issue dalam rumah tangga saya tahun ini adalah: nyekolahin anak. Yap, saya dan mas suami memang tengah mempersiapkan Ai untuk masuk ke jenjang Sekolah Dasar atawa SD. And it’s quite memusingkan.

Apa sih yang memusingkan? Banyak loh ternyata. Pertama: mulai dari fakta usia masuk SD yang disarankan. Pendidikan di SD di Jogja ini (khususnya SD Negeri) pada umumnya mensyaratkan anak untuk berusia 7 tahun (6,5 masih ditolerir). Memang sepertinya, anak dengan usia 6 keatas sudah lebih paham dan mandiri, ini pastinya akan memudahkan proses belajar nantinya gitu kan.

Nah, unfortunately, Ai ini akan genap berusia 6 tahun pada bulan Juli 2017, yang mana tentu saja membuat kansnya untuk masuk ke SD Negeri jadi kecil. Mengingat SD Negeri diharuskan untuk memprioritaskan anak-anak yang berusia 7 atau lebih. Maka waktu itu, saya ngobrol-ngobrol sama mas suami dan bersepakat memilih SD Swasta yang berbasis agama untuk pendidikan si Ai.

Dari situlah kemudian mulai akhir 2016 lalu saya pun keliling ke sekolah-sekolah yang kira-kira terjangkau dari rumah untuk bahan pertimbangan. Memang kemudian, kalau membicarakan soal SD Swasta ini range biayanya akan lebih banyak, pendidikan mahal bo! Kebanyakan dari SD-SD yang saya lihat adalah sekolah dengan sistem Full Day School, dan kebanyakan kegiatan belajar akan diakhiri pukul 14:00 atau 15:00 WIB. Lama yak.

Plusnya, di SD-SD ini lebih toleran terhadap usia masuk anak. Anak tidak harus berusia 7 tahun untuk bisa diterima sebagai peserta didik. Biasanya, SD-SD ini akan mengadakan tes penjajakan berupa tes kesiapan masuk sekolah. Pada prakteknya sih, anak biasanya akan diobservasi untuk (1)melihat apakah si anak sudah siap sekolah, dan (2)melihat apakah anak memiliki kebutuhan khusus.

Dan biasanya SD Swasta akan membuka pendaftaran lebih awal daripada SD Negeri. Di kasus Ai kemarin, saya dan suami akhirnya memutuskan untuk mengikutsertakan Ai masuk dalam seleksi SDIT Salman Al Farisi 2 dan SD Muhammadiyah Pakem, yang mana bulan Februari ini sudah penerimaan gelombang 1. Kenapa kok milih 2 SD sih? Ya biar ada banyak pandangan ajah πŸ˜€ *walopun akhirnya ya pilihan akhirnya 1 πŸ˜€

Saya melihat paling tidak sekolah-sekolah tersebut bisa mewakili keinginan saya untuk pendidikan Ai yang baik. Semoga. Tentu saja dari sekolah juga menekankan pentingnya peran serta orang tua dalam pendidikan anak. Pihak sekolah juga mensyaratkan orang tua untuk juga berhubungan erat dengan sekolah. Ya, moga-moga saya dan mas suami juga makin pinter jadi orang tua ya πŸ˜€

Walaupun ya saya kadang masih kepengin sekolah yang begini begitu, tapi balik lagi itu kan hanya idealnya saya. Pada akhirnya, ketika saya melihat bagaimana kondisi di lapangan tentu saja idealisme itu menyesuaikan. Toh pihak sekolah pasti akan memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya, dengan prinsipnya masing-masing. Kalo kata mas suami: “yang butuh sekolah itu ya kita map, bukan sekolah yang butuh kita!” Begitu.

Begitulah, pada akhirnya insyaallah si Ai akan masuk SD di usianya yang ke-6 tahun ini. Doakan ya semuanya, supaya Ai jadi anak cerdas dan pemberani. Doakan juga MamaPapapnya Ai tambah pinter jadi orangtua, demi kelangsungan dan kesejahteraan rumah tangga πŸ˜€

Write a Comment

Comment

Webmentions

  • Ai’s Adventure. Chapter 1: Seleksi Masuk SD – dirottsaha

    […] di cerita sebelumnya, saat ini status Ai adalah anak TK yang akan lanjut ke SD. Yaaayy…! […]