Pulang mengantar Ai sekolah, dengan tenang dan bahagia.
Alhamdulillah. Ya, agak lebay sedikit lah memang, tapi gapapa. Setelah segala proses yang cukup lama dan cukup membuat frustasi itu, akhirnya hari-hari mengantar ceria datang juga. Melihat Ai dadah-dadah mamap dengan hepi itu sudah sebuah pencapaian yang oke banget dalam tahap perkembangan dia, di umur empat tahunnya.
Setelah kurang lebih sebulan, proses mengantar-menunggui-menangis dan lain-lainnya, sekarang Ai mulai ngerti lah, bagaimana sekolah itu. Setelah semua petuah-nasihat-omongan mamap yang entahlah dia paham atau gak, akhirnya sekarang dia bisa dadah-dadah hepi. Itu semua, alhamdulillah.
Anak-anak, apalagi balita. Iya lho, si Ai itu masih balita, masih belum ada lima tahun umurnya. Aih, anakku, kadang sayapun lupa… hehe. Makhluk yang namanya anak-anak, menurut pengalaman saya selama ini, adalah makhluk yang sangat unpredictable. Tidak bisa ditebak bagaimana mood-nya. Belum tentu karena bangun tidur hari ini dia hepi, maka akan hepi juga esok hari. Kadang, tiba-tiba mewek, cranky seharian, atau tau-tau apalah. Ya begitu.
Pengalaman ikut sekolah Ai sebulan itu juga ternyata membuka pikiran saya. Ya selama ini saya HANYA berurusan sama satu orang anak sehari-harinya. Selama sebulan ikut di dalam kelas dan juga tentunya berinteraksi bersama teman-teman sekolah Ai, saya sadar juga ternyata anak itu macam-macam juga. Yang di sekolah selalu pintar berdoa, pintar mengerjakan tugas, ternyata masih menangis juga ketika mamanya terlambat menjemput. Yang selalu terlihat happy, dan bisa ngemong teman lain, kadang menangis kalau guru favoritnya belum terlihat datang. Atau sedih karena naik motornya jalannya kurang jauh. Ya soal sepele menurut kita yang sudah tua ini, tapi matter most untuk anak-anak ini.
Kadang, saya merasa kurang juga dalam mendampingi Ai. Kadang saya memilih untuk tidak mau paham keinginannya. Kadang saya memilih untuk sibuk mengerjakan hal lain daripada menemani dia. Dan untuk itu saya mengaku salah, dan gak bangga jadi ibu yang seperti ini. Hehe.
Inipun, baru permulaan perjalanan hidup Ai yang insyaaallah masih sangat paaanjang dan berwarna-warni. Semoga selalu ada saya dan mas suami yang selalu mendampingi. Semoga kami bisa menemani, sesuai apa yang dia inginkan. Semoga.