Selo, sekrol-sekrol temlen. Lalu ketemu salah satu apdet opini temen yang begini bunyinya: “Trend ibu-ibu muda masa kini: posting-posting artikel yg menyuarakan hak-hak istri sambil ngetag suami masing-masing. Banyak yg menyangkut materi pula… Jane tujuane opo sih?” Huakakakak… ini sudah lama juga saya gundah gulanakan hehehe…
Iya, terus terang saya juga bingung, lha ngopo kok bingung? Seperti yang pernah saya proteskan di medium saya, kayanya kok dunia permediasosialan jaman sekarang itu sensitif bingit. Baik masalah negara sampe masalah rumah tangga, atawa masalah pribadi. Dan untuk masalah rumah tangga atau pribadi ini kebanyakan yang saya lihat pelakunya adalah wanita. Pokoknya saya jarang lah melihat postingan si suami ngetag istrinya gitu-gitu. Jujur, kadang ketika membaca artikelnya saya juga manggut-manggut dan kepengin juga nyolek mas suami sambil ngomong “iki lho mas, perlakukan aku seperti inih, pliiiss!” Tapi kok kayanya norak ya, jadi kuurungkan.
Selain perasaan norak itu, sayapun mengukur diri, mikir dulu, ah apa iya sih bener begitu. Jangan karena kita perempuan terus bawa perasaan kemana-mana ah. Kadang sebagai perempuan saya juga merasa terjebak dalam rasa romantisnya sendiri, yang ujung-ujungnya gak kesampaian dan bete. Terus juga, menurutmu gimana rasanya si suami atau pasangan yang kena tag itu? Ketoknya kok gak hepi ya kalo di tag yang begitu-begituan. Belakangan ini saya juga baru sadar, kadang apa yang diperlihatkan suami itu bukan selalu yang sebenarnya. Sebenarnya suamimu itu sangat mencintaimu, tapi tidak selalu juga ditunjukkan. Sebenarnya suamimu itu juga pingin romantisan tapi capek kerja, dan lain-lain. Saya terus meyakinkan diri sendiri juga soal ini. Tapi balik lagi namanya perempuan ya, ya gitu deh. Paham, tapi pingin lebih diusahain lagi. Ah perempuan ini.
Saya juga perempuan, banyak dramanya. Tapi soal publikasi seperti ini, saya lebih memilih untuk langsung menyampaikan ke suami lewat pesan pribadi. Kayanya kok lebih tepat, tidak mendisplay di ruang publik. Karena media sosial itu ruang publik lho, jangan sampe lupa! Tapi tulisan sepanjang ini juga termasuk surhat ya? Ehe… yah begitulah.
Jadi untuk para suami di media sosial, berlapangdadalah ya. Sebenernya kami para istri ini memang suka muter-muter dengan keromantisannya sendiri, kadang berharap suami paham. Tapi ya gitu, suami juga bukan peramal yang jago telepati, jadi karena kita tidak sempurna itulah maka hidup berumah tangga itu berwarna. Semoga saya dan suami juga selalu bisa mengutamakan komunikasi dua arah yang efektif.
Mas suami, pokoknya I love you!
Webmentions
[…] Jadi, beneran nih cuma sekedar nge-tag? […]