Ramai dishare di feed orang-orang. Betapa hubungan antara bla bla bla bisa menghasilkan anak dengan IQ yang lebih tinggi. Lakukan ini itu saat hamil agar IQ bayi lebih tinggi. Sejak jadi orang tua, saya mendadak sadar, bahwa hidup itu ga melulu soal IQ yang tinggi. Ya, sebagai orang tua saya tentu pengen anak saya nanti jadi anak yang pandai, jadi anak yang cerdas, baik hati, suka menabung, tidak sombong, dan banyak lah. Itu cita-cita semua orang tua pasti, ingin anak-anaknya lebih baik dari mereka.
Tapi yang saya rasakan, saya pengen anak saya intelegensinya tinggi. Intelegensi sosialnya tinggi, EQnya, SQnya. Bukan melulu IQ. Saya kepengin anak saya punya kecerdasan sosial, kepekaan sosial terhadap lingkungannya. Saya rasa untuk jadi pintar di sebuah mata pelajaran, perlu belajar. Tapi untuk pintar secara sosial, itu lain lagi ceritanya.
Banyak sekali sekarang ini anak kecil yang pintar, yang pandai, yang cerdas. Tapi PR buat orang tuanya, bagaimana mempertahankan kondisi intelegensi itu sampai nanti dia siap hidup sendiri. PR juga buat saya dan suami. Karena saya sampai sekarang merasa belum jadi orang yang baik juga. Mungkin waktu kecil anak-anak lebih mudah untuk diawasi, kita puas dengan pencapaiannya. Besok ketika mereka beranjak remaja, dewasa, dan punya pemikiran sendiri, dan suatu saat kita sebagai orang tua tidak sependapat, lalu bagaimana?
Menengok ke dalam diri saya sendiri, masih sangat banyak pertanyaan. Bagaimana kalo begini? Bagaimana kalau begitu? Penginnya membekali anak tidak sekedar apa yang tertulis di textbook, tidak sekedar apa yang di sekolah diajarkan. Pengen supaya dia cerdas secara emosi, dan pandai mengelola perilakunya.
Anak akan beranjak dewasa, dan saya masih belajar, memperlakukan anak sebagaimana tingkat usia dan emosinya.
You’ll never know how your parents feel, until you become one.
And yes, it’s true.