in Note

Soal Menikah #medium: Oct 18, 2014

Baru saja baca status seorang teman yang share soal pernikahan, ya lebih tepatnya “acara pernikahan”. The wedding, not the marriage. Kurang lebih yang dia suarakan menyoal betapa “loyalnya” ketika seseorang mengadakan pernikahan. Namun yang ironis kadang kala kehidupan setelah resepsi kemudian jadi berat karena banyaknya yang dihamburkan untuk acara tersebut. Yang kemudian dibandingkan dengan resepsi ala barat yang sederhana meskipun si empunya pesta adalah orang yang cukup berada.

Sedikit menghela nafas ya, memang di Indonesia, kami para penduduknya sedikit melebihkan pada hal yang satu ini. Saya mengakui memang ketika seseorang mengadakan pesta pernikahan akan cenderung besar-besaran. Ada saja alasan yang melatarbelakangi.

Yang ingin saya katakan sekarang ini adalah pesta pernikahanmu itu bukanlah acaramu, itu adalah pestanya orang tuamu. Silakan tidak setuju atau mendebat, tapi YA, orangtua kitalah yang punya hajat. Inilah acara mereka, maka setujulah dan stop mendebat mereka.

Saya bukan orang yang menganut faham, resepsi harus meriah lho ya, fyi. Hidup di Indonesia ini, dengan latar belakang budaya yang beragam, soal menikah ini bukan seperti di barat sana. Ya, yang menikah memang kamu dan saya, tapi tengok lagi ke belakang. Saya dan kamu yang ingin menikah ini sama-sama punya orangtua, sama-sama punya keluarga. Dan arti menikah di Indonesia bukan hanya persatuan dua personal, namun dua keluarga. Aku menikahi keluargamu dan kamu menikahi keluargaku. Seringkali ego kita yang masih muda ini membuat lupa.

Bahwa kita tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi orangtua sebelum menjadi orangtua, itu benar. Namun yang kita perlu ingat, orangtuamu itu, yang paling sayang padamu, yang selau menomorsatukan kepentinganmu itu hanya ingin yang terbaik untukmu. Mereka selalu ingin kita bahagia, cuma kita selalu tidak melihatnya.

Write a Comment

Comment